oleh
RAHMAT HIDAYAT
e-mail: hrahmat427@gmail.com
(@h28_rahmat)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar
perilaku individu , dan bahkan ada yang menyatakan prilaku individu mencakup
segala pernyataan hidup , jika pendapat ini yang kita pakai , maka betapa
banyak kata yang harus digunakan untuk mendeskripsikannya. Untuk keperluan studi tentang prilaku kiranya perlu ada sistematika
pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu.
Dalam konteks pendidikan ada tiga kawasan (domain),
yaitu: kawasan kognitif, kawasan efektif, kawasan psikomotorik, yang mana dari ketiga aspek inilah kita dapat
menentukan kemana arah prilaku individu tersebut dapat berkembang. Segenap
usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan prilaku peserta
didik secara menyeluruh dengan mencakup semua kawasan prilaku.
Berangkat dari pemikiran inilah, penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi pemikiran tentang jenis-jenis prilaku individu
yang ada di sekitar kita. Sehingga dapat menambah wawasan kita.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis-jenis
perilaku individu berdasarkan kawasannya?
2.
Apa saja bagian-bagian
dari kawasan tersebut?
II.
PEMBAHASAN
A.
Jenis-Jenis Perilaku
Kalau perilaku individu mencakup segala pernyataan
hidup, betapa banyak kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya.
Untuk keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika
pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi).
Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga
kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari
masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan
(3) kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting
dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan.
Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan
perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan
perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan diuraikan
ketiga kawasan tersebut beserta sub-kawasannya.
1.
Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan
aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :
a.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling
rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan
mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa,
tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan.
Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan
dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Mengetahui sesuatu secara khusus :
a.
Mengetahui terminologi yaitu
berhubungan dengan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.
b.
Mengetahui fakta tertentu yaitu
mengenal atau mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang tempat, sumber
informasi, kejadian masa lalu, kebudayaan masyarakat tertentu, dan ciri-ciri
yang tampak dari keadaan alam tertentu.
2.
Mengetahui tentang cara untuk
memproses atau melakukan sesuatu :
a.
Mengetahui kebiasaan atau cara
mengetengahkan ide atau pengalaman
b.
Mengetahui urutan dan kecenderungan
yaitu proses, arah dan gerakan suatu gejala atau fenomena pada waktu yang
berkaitan.
c.
Mengetahui penggolongan atau
pengkategorisasian. Mengetahui kelas, kelompok, perangkat atau susunan yang
digunakan di dalam bidang tertentu, atau memproses sesuatu.
d.
Mengetahui kriteria yang digunakan
untuk mengidentifikasi fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan.
e.
Mengetahui metodologi, yaitu
perangkat cara yang digunakan untuk mencari, menemukan atau menyelesaikan
masalah.
f.
Mengetahui hal-hal yang universal
dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan
untuk mengorganisasi suatu fenomena atau pikiran.
g.
Mengetahui prinsip dan generalisasi
h.
Mengetahui teori dan struktur.
b.
Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah
mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi
yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti
definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif
yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan
struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru.
Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi :
a.
translasi yaitu
mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalkan
simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau grafik.
b.
interpretasi yaitu
menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal
maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat menginterpretasikan
tentang suatu konsep atau prinsip tertentu jika dia telah mampu membedakan,
memperbandingkan atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh
sesesorang dapat dikatakan telah mengerti konsep tentang motivasi kerja dan dia
telah dapat membedakannya dengan konsep tentang motivasi belajar.
c.
Ekstrapolasi; yaitu
melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada
siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan
ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7
adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip apa yang
bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan
tersebut adalah urutan bilangan prima, maka kelanjutannnya dapat dinyatakan
berdasarkan prinsip tersebut.
c.
Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan
menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan,
mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal
yang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api kepada
petani di Amerika, mereka berusaha untuk memberi nama yang cocok bagi alat
angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal pada waktu
itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi. Dengan pemahaman
demikian, maka mereka memberi nama pada kereta api tersebut dengan iron horse
(kuda besi). Hal ini menunjukkan bagaimana mereka menerapkan konsep terhadap
sebuah temuan baru.
d.
Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan
menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari
suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan
analisis, yaitu :
1.
Menganalisis unsur :
a.
Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang
tidak dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan.
b.
Kemampuan untuk membedakan fakta
dengan hipotesa.
c.
Kemampuan untuk membedakan
pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
d.
Kemampuan untuk mengidentifikasi
motif-motif dan membedakan mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.
e.
Kemampuan untuk memisahkan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mendukungnya.
2.
Menganalisis hubungan
a.
Kemampuan untuk melihat secara
komprehensif interrelasi antar ide dengan ide.
b.
Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur
khusus yang membenarkan suatu pernyataan.
c.
Kemampuan untuk mengenal fakta atau
asumsi yang esensial yang mendasari suatu pendapat atau tesis atau
argumen-argumen yang mendukungnya.
d.
Kemampuan untuk memastikan
konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.
e.
Kemampuan untuk menganalisis
hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan yang
relevan mana yang tidak.
f.
Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal
yang tidak logis di dalam suatu argumen.
g.
Kemampuan untuk mengenal hubungan
kausal dan unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan
historis.
3.
Menganalisis prinsip-prinsip
organisasi
a.
Kemampuan untuk menguraikan antara
bahan dan alat
b.
Kemampuan untuk mengenal bentuk dan
pola karya seni dalam rangka memahami maknanya.
c.
Kemampuan untuk mengetahui maksud
dari pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri berfikirnya dan
perasaan yang dapat diperoleh dalam karyanya.
d.
Kemampuan untuk melihat teknik yang
digunakan dalam meyusun suatu materi yang bersifat persuasif seperti advertensi
dan propaganda.
4.
Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai
informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan
berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih
nada dan irama dan kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik
yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo
organisasi
5.
Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan
benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua
kriteria pembenaran yang digunakan, yaitu :
a.
Pembenaran berdasarkan kriteria
internal; yang dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan
susunan secara logis unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
b.
Pembenaran berdasarkan kriteria
eksternal; yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang bersumber di luar
objek yang diamati., misalnya kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau
kecocokannya dengan kebutuhan pemakai.
B.
Kawasan Afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral
dan sebagainya, terdiri dari :
1.
Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap,
yaitu :
a.
Kesiapan untuk menerima (awareness),
yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek
yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi
perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
b.
Kemauan untuk menerima (willingness
to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang
bersangkutan.
c.
Mengkhususkan perhatian (controlled
or selected attention). Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara
atau kata-kata tertentu saja.
2.
Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi
proses sebagai berikut :
a.
Kesiapan menanggapi (acquiescene
of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari
tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati
peraturan lalu lintas.
b.
Kemauan menanggapi (willingness
to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang
diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
c.
Kepuasan menanggapi (satisfaction
in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha
untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan
menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari
objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
3.
Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi
untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian
terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
a.
Menerima nilai (acceptance of
value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi secara
lebih intensif.
b.
Menyeleksi nilai yang lebih
disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk
mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang
memiliki yang memuaskan.
c.
Komitmen yaitu kesetujuan terhadap
suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
d.
Komitmen ini dinyatakan dengan rasa
senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen
terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
4.
Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi
satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa
nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi
dalam dua tahapan, yakni :
a.
Konseptualisasi nilai, yaitu
keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi
yang mendasari suatu moral atau kebiasaan.
b.
Pengorganisasian sistem nilai, yaitu
menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya.
Dalam sistem nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai
pada tingkat yang amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak
penting, dan seterusnya menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri
yang bersangkutan.
5.
Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau
mempribadikan sistem nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem
nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang
bersangkutan. Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada
tahap karakterisasi, sistem itu selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua
tahap, yaitu :
a.
Generalisasi, yaitu
kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu.
b.
Karakterisasi, yaitu
mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada
kepribadian diri yang bersangkutan.
C.
Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set);
(b) peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual); (d)
menyesuaikan (adaptation) dan (e) menciptakan (origination).
a.
Kesiapan yaitu
berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu
yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat,
menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab pertanyaan.
- Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa mengerti artinya.
- Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.
- Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan.
- Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin
Makmun (2003) memerinci sub kawasan ini dengan tahapan yang berbeda, yaitu :
a.
Gerakan refleks (reflex movements).
Basis semua perilaku bergerak atau respons terhadap stimulus tanpa sadar,
misalnya : melompat, menunduk, berjalan, dan sebagainya.
- Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements) yaitu gerakan yang muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik, yang terpola dan dapat ditebak.
- Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual.
- Gerakan fisik (Physical Abilities) yaitu gerakan yang menunjukkan daya tahan (endurance), kekuatan (strength), kelenturan (flexibility) dan kegesitan.
- Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak secara terampil, tangkas, dan cekatan dalam melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
- Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) yaitu mengkomunikasikan perasan melalui gerakan, baik dalam bentuk gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah maupun gerak kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran.
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Kalau perilaku individu mencakup segala pernyataan
hidup, betapa banyak kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya.
Untuk keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika
pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi).
Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga
kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari
masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan
(3) kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting
dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan.
Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan
perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan
perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan diuraikan
ketiga kawasan tersebut beserta sub-kawasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Surya. 1997. Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP Bandung.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: P.T. Remaja
Rosdakarya.
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan.
Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A.
Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis) : Jakarta :
Kanisius
http://adhisubay.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-perilaku-individu.html(24/12/2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar